Kamu tidak bisa membedakan antara campak dengan roseola? Tenang, sebab tidak sedikit orang mengalami kebingungan yang sama. Pasalnya, dua jenis penyakit ini punya gejala yang mirip, sehingga perlu kejelian untuk membedakannya.
Meski demikian, mengetahui perbedaan campak dan roseola harus tetap dilakukan, terutama pada anak-anak. Tujuannya agar kamu bisa memberikan penanganan yang tepat pada penyakit tersebut.
Siapa yang Bisa Terkena Campak dan Roseola?
Menurut Halim dalam artikelnya Campak pada Anak, disebutkan bahwa campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak, sangat infeksius (menyebabkan infeksi), dan bisa menular sejak masa prodromal.
Masa prodromal yang dimaksud terjadi pada 4 hari sebelum muncul ruam sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Kondisi ini disebabkan paparan cipratan atau percikan liur dari hidung atau mulut saat bersin, batuk, dan berbicara (droplet).
Meskipun umumnya dialami oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan penyakit campak juga dialami orang dewasa, loh. Orang yang menjadi penderitanya berpotensi lebih kuat untuk menularkan, yaitu melalui virus famili Paramyxovirus, seperti rubeola dan rubella.
Jenis virus tersebut bisa bertahan di udara dan menempel pada benda-benda selama kurang lebih dua jam. Dilansir dari laman Siloam Hospitals, virus yang menginfeksi akan memunculkan gejalanya bagi tubuh sekitar 7–14 hari.
Lalu, bagaimana dengan penyakit roseola? Menurut laman Mayo Clinic, penyakit ini tidak jauh berbeda dengan campah, dalam catatan sasaran penderitanya. Sebab, meskipun anak-anak adalah sasaran utamanya, tapi tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga mengalaminya.
Lanjut dalam laman Mayo Clinic, disebutkan bahwa roseola merupakan infeksi yang umumnya menyerang anak-anak pada usia 2 tahun.
Selain itu, Kemenkes RI dalam lamannya menyebutkan bahwa roseola merupakan infeksi virus yang ditandai dengan demam dan kemunculan ruam merah di kulit. Ruam ini kemudian disebut sebagai exanthema subitum.
Kesimpulannya, setiap orang, baik anak-anak maupun orang dewasa bisa terkena campak dan roseola. Tapi, perbedaan campak dan roseola adalah tentang jenis penyakitnya, yaitu campak sebagai penyakit berbahaya sedangkan roseola bukan.
Perbedaan Campak dan Roseola Pada Anak
Berikut penjelasan lengkap mengenai kondisi campak dan roseola yang terjadi pada anak mulai dari contoh gambar hingga cara mengatasinya:
1. Contoh Gambar
Campak:
Roseola:
2. Penyebab Campak dan Roseola
Meskipun sama-sama disebabkan oleh infeksi virus, tapi jenis virus yang menginfeksi kedua penyakit ini sangatlah berbeda. Kondisi ini menjadikan adanya perbedaan campak dan roseola.
Penyebab Campak:
Seperti yang telah disebutkan, campak disebabkan oleh infeksi virus dalam tubuh. Salah satunya yang terjadi pada anak-anak.
Menurut Kemenkes RI dalam artikelnya berjudul Campak pada Anak, penyakit yang umumnya diderita anak-anak ini disebabkan oleh infeksi virus. Adapun jenisnya adalah virus campak.
Virus campak (morbilivirus) adalah jenis virus yang memiliki kemampuan menyebar melalui udara. Proses penyebaran ini bisa terjadi saat penderita yang telah positif campak mengalami batuk atau bersin.
Penderita campak yang batuk atau bersin kemudian mengeluarkan virus, baik melalui percikan ludah maupun liur yang keluar dari mulut. Kondisi ini menyebabkan virus bergerak melalui udara pada orang yang ada di dekat penderita. Akibatnya, anak yang dalam keadaan sehat bisa kemudian tertular campak.
Penyebab Roseola:
Sama seperti campak, penyakit roseola yang terjadi pada anak-anak juga disebabkan oleh infeksi virus. Tapi, ada perbedaan pada jenis virus yang menginfeksi. Menurut Kemenkes RI, roseola disebabkan oleh infeksi virus herpes.
Adapun virus yang dimaksud adalah Human herpesvirus tipe 6 (HHV-6) atau Human herpesvirus tipe 7 (HHV-7). Meskipun termasuk salah satu jenis virus herpes, namun virus penyebab roseola ini berbeda dengan yang menyebabkan herpes.
Selanjutnya, penularan virus ini hampir sama, yaitu melalui percikan air ludah atau ingus dari penderita yang kemudian terhirup oleh orang lain. Selain itu, juga bisa melalui perantara benda yang terkontaminasi virus.
Perbedaan campak dengan roseola ada pada jenis virus dan proses penyebarannya. Virus roseola menyebar tidak secepat virus cacar. Oleh karenanya, penularan penyakit ini cenderung lambat dan bukan termasuk salah satu penyakit yang berbahaya.
3. Gejala (Ciri-Ciri) Campak dan Roseola
Masing-masing penyakit, baik campak maupun roseola memiliki gejala yang bisa diidentifikasi. Nah, berikut beberapa gejalanya.
Gejala Campak:
Adapun gejala awal campak dilansir dari laman Siloam Hospitals, seperti demam tinggi, batuk, pilek, serta mata merah. Secara umum, gejala-gejala ini dinilai sedikit mirip dengan flu. Tapi, setelah beberapa hari akan muncul berbagai gejala lain yang mengindikasikan penyakit campak seperti berikut.
- batuk, pilek, dan sakit tenggorokan
- tubuh terasa lemas
- mata merah
- demam tinggi
- sakit dan nyeri otot
- nafsu makan menurun
- diare
- mual dan muntah
- ruam merah pada sekujur tubuh
- bercak putih keabu-abuan pada membran mukosa, seperti mulut dan tenggorokan
Gejala Roseola:
Menurut laman Kemenkes RI, gejala roseola biasanya muncul 1-2 minggu sejak virus masuk ke dalam tubuh. Nah, tubuh yang telah terinfeksi biasanya memunculkan gejala-gejala seperti berikut.
- demam tinggi lebih dari 39°C selama 3–5 hari
- batuk
- pilek
- sakit tenggorokan
- nafsu makan menurun
- kelenjar getah bening di leher membesar
- diare
- kelopak mata membengkak
- muncul ruam pada kulit (eksantema subitum) setelah demam mereda
4. Cara Mengatasi Campak dan Roseola
Setelah tahu gejalanya, selanjutnya apa yang bisa kamu lakukan? Kamu bisa melakukan beberapa cara untuk mengatasinya. Sebab, masing-masing penyakit punya cara penanganannya sendiri seperti berikut.
Mengatasi Campak:
Cara mengatasi campak bisa dilakukan dengan beberapa upaya berikut.
- Istirahat, yaitu cara yang dilakukan agar tubuh kembali pulih dengan cepat.
- Memberikan obat penurun panas, salah satunya adalah paracetamol.
- Memberikan obat antibiotik, yaitu apabila muncul gejala komplikasi, seperti infeksi telinga atau pneumonia yang disebabkan oleh bakteri.
Cara Mengatasi Roseola:
Selain untuk penyakit campak, ada juga beberapa cara untuk mengatasi roselia, yaitu seperti berikut.
- Istirahat dengan cukup.
- Minum air putih yang cukup untuk memastikan tubuh tetap terhidrasi.
- Mengompres kening dengan kain yang dicelupkan ke air hangat untuk menurunkan demam.
- Memberikan obat pereda nyeri, seperti paracetamol.
Itulah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi berbagai kondisi ketika anak mengalami campak atau roseola. Memberikan penanganan yang tepat akan membantu mereka agar cepat sembuh.
Sebaliknya, penanganan yang kurang tepat membuat kondisinya bisa semakin parah. Oleh karenanya, kamu bisa memilih untuk memberikan penanganan terbaik.
Rekomendasi Artikel: Cara Menghilangkan Bekas Gigitan Nyamuk Pada Bayi.
Atasi Masalah Gatal pada Anak dengan Minyak Balur Multifungsi
Selain mengetahui tentang perbedaan campak dan roseola serta melakukan berbagai cara yang telah disebutkan, kamu juga bisa memberikan Waji (Warisan Jawi). Minyak balur multifungsi ini dibuat dari 10+ Botanical Essences yang punya banyak manfaat atau khasiat.
Salah satunya bisa untuk meredakan ruam atau gatal akibat campak dan roseola. Hal ini dikarenakan hampir semua kandungan minyak esensial di dalamnya bermanfaat untuk membantu meredakan gatal-gatal.
Beberapa minyak yang dimaksud, yaitu minyak kenanga, minyak sereh, dan minyak daun teh. Kandungan zat dan senyawa di dalamnya memiliki sifat-sifat, seperti antijamur, antibakteri, antiseptik, dan lain sebagainya, sehingga cocok membantu mengatasi masalah ruam.
Caranya dengan membalurkan Minyak Waji pada bagian tubuh tertentu yang mengalami ruam. Yuk, atasi masalah gatal pada anak dengan Minyak Balur Multifungsi dan dapatkan produknya melalui website resminya di www.wajiofficial.id!